13 Januari 2011

Memecah Masalah dengan Ibadah


Setiap makhluk hidup pasti memiliki masalah. Iya doong... kalau tidak ada masalah justru tidak hidup namanya! Meski kadar dan bentuk masalah tiap orang tidak sama, tapi sudah pasti setiap yang bernafas akan kebagian jatah masalah (makanya kalau sudah bosan punya masalah, cepat mogok bernafas! Hehe, piis...).
Nah, meski demikian, yang membuat tiap orang berbeda adalah cara pandangnya terhadap masalah, serta cara masing-masing individu dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi tersebut.
Cara Pandang mengenai Masalah
Bicara mengenai paradigma alias cara pandang, kita mau tidak mau akan sekaligus membahas mengenai sikap seseorang terhadap suatu hal, karena memang cara pandang akan sangat menentukan bagaimana seseorang bersikap.
Misalnya ada orang yang memandang masalah sebagai sesuatu yang negatif, buruk, itu berarti... ia akan menyikapi masalah sebagai sesuatu yang harus dilenyapkan, atau minimal dihindari. Iya kan? Bisa jadi orang seperti ini menganggap masalah sebagai dosa, kesalahan, sesuatu yang tidak seharusnya ada, bahkan sesuatu yang patut dibenci.
Akan tetapi ada juga loh orang yang memandang masalah sebagai sesuatu yang positif, artinya ia menyikapi masalah bukan sebagai sesuatu yang musti dibasmi, melainkan sebagai sarana pembelajaran, ia sadar bahwa masalah dapat menjadikan dirinya lebih baik atau lebih kuat dari sebelumnya.
Nah loh... Bukankah dua cara pandang dan dua sikap terhadap masalah ini terlihat sangat bertolak belakang? Lalu yang mana yang betul?
Sebenarnya jika sudah membicarakan cara pandang dan sikap, kita bukan lagi bicara mengenai betul atau salah, melainkan bicara mengenai pilihan. Mana cara pandang yang menjadi pilihan kita? Karena pilihan sikap ini pada akhirnya akan berdampak pada cara kita menangani masalah tersebut.
Cara Menangani Masalah?
Selain perbedaan cara pandang dan sikap mengenai masalah, cara manusia dalam menangani masalah yang menimpanya pun ada berbagai macam loh, mari kita perhatikan... yang manakah diri kita:
1. Cari Kambing Hitam
          Ini dia cara paling cespleng kalau tertimpa masalah, tinggal cari kambing yang berwarna hitam! Maksudnya... tinggal cari orang lain yang paling pas untuk dijadikan tertuduh.
          Ciri-ciri orang yang suka mencari kambing hitam perlu diwaspadai loh: ia tidak mau dirinya dipersalahkan, ia merasa kesalahan selalu ada pada orang lain, atau pada hal lain, atau... ia akan mencari alasan agar dimaklumi. "Pokoknya yang membuat masalah ini terjadi bukan saya, kalaupun saya... itu karena saya lagi sakit!" Begitulah kira-kira slogannya.
            Repotnya... orang seperti ini tidak menyadari bahwa dirinya bermasalah, sebenarnya hal ini jelas sekali menunjukkan bahwa orang ini belum dewasa. Kan persis tuh seperti anak kecil yang memukuli meja kalau kepalanya kepentok! Sendiri yang tidak hati-hati, kok meja jadi kambing hitamnya...
            Intinya... mencari kambing hitam sebenarnya sama sekali tidak menyelesaikan masalah, malah memperlihatkan ketidakdewasaan kita.
2. Melarikan diri
      Cara lain yang juga sangat sering ditemukan dalam menangani masalah adalah melarikan diri atau menghindar. Mulai dari tidur normal yang halal sampai tidur haram, yaitu tidur dengan menggunakan obat-obatan atau menenggak minuman keras, itu semua adalah upaya untuk melupakan masalah sejenak.
      Melarikan diri memang seolah-olah cara yang wajar ketika dirundung masalah, tapi sama seperti mencari kambing hitam, melarikan diri pun tidak menyelesaikan permasalahan tersebut. Kalau "melarikan diri" dengan cara tidur normal sih tidak apa-apa, bisa sejenak istirahat tubuh dan pikiran, tapi kalau sampai bersahabat dengan barang haram atau malah nekat tidur untuk selamanya dengan lompat dari atap atau menggantung diri pakai tambang? Beh jangan deh! Cara ini hanya cocok buat orang-orang yang kurang keberanian alias pengecut, dan kurang iman.
3. Curhat atau Konsultasi
      Ada lagi orang yang selalu curhat atau melakukan konsultasi pada orang lain tiap kali menghadapi masalah. Sebenarnya hal ini wajar sekali, apalagi kalau dilakukan oleh kaum hawa. Akan tetapi yang menjadikannya tidak wajar adalah kepada siapa, di mana, dan berapa lama curhat tersebut berlangsung?
      Soalnya ada kan orang yang alih-alih mau menyelesaikan masalahnya, tidak tahunya curhat ngalor ngidul tanpa ujung yang jelas. Atau bukannya menemukan solusi, eeh malah menemukan jurus pedekate. Curhatnya juga pada orang yang tidak tepat. Misalnya akhwat curhat ke ikhwan, atau sebaliknya. Wah... kalau itu yang terjadi... niat curhat malah berbuntut maksiat!
4. Meminta bantuan orang lain untuk menyelesaikan
      Ada yang saking takutnya menghadapi masalah, malahan menyuruh orang lain menyelesaikan masalahnya. Orang lain yang dimaksud ini bisa jadi memang pakar atau ahli yang dapat membantu, tapi bisa juga malah menjerumuskan kita ke masalah yang lebih besar, misalnya dukun.
      Coba perhatikanlah masih banyaknya masyarakat yang percaya pada santet, teluh, pelet, bahkan piara tuyul, sebagai jalan keluar permasalahan mereka. Itu sih namanya mengatasi masalah dengan masalah yang lebih dahsyat!
5. Berfokus menemukan solusi masalah
            Ada pula orang-orang yang jauh lebih rasional dan berani, mereka menghadapi masalah dengan berfokus menemukan solusinya. Kekurangannya adalah... ketika akhirnya permasalahannya menemui jalan keluar, ia bisa saja menganggap bahwa dirinya hebat dan mampu menangani masalah sendiri, ujung-ujungnya malah sombong.
6. Memecah masalah dengan bekerja keras
      Beberapa orang mencoba memecahkan masalah dengan bekerja keras. Mungkin dengan keyakinan penuh bahwa siapa yang bersungguh-sungguh akan memperoleh hasilnya. Akan tetapi, jika bekerja keras tidak dibarengi kerja ikhlas, bisa-bisa keduluan merasa lelah, bahkan menyalahkan kehendak Tuhan dengan berkata, "Ya Allah... apa tidak cukup beban masalah yang kau pikulkan untukku?"
7. Memecah masalah dengan Beribadah
            Terkadang kita lupa, bahwa apapun masalahnya... Allah adalah satu-satunya tempat kita bersandar, satu-satunya tempat meminta perlindungan, satu-satunya yang bisa kita andalkan. Jangan-jangan kita malah lebih sering takut pada masalah kita daripada pada-Nya. Aneh memang.
            Dalam Al-Quran, Allah telah memberitahukan rumusan untuk memecah segala persoalan pelik yang menimpa kita: "Dan sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepadanya dengan sepenuh hati. (Dialah) Tuhan timur dan barat, tidak ada Tuhan selain Dia, maka jadikanlah Dia sebagai pelindung." (Q.S. Muzzammil: 8-9)
            Artinya, tugas kita saat tertimpa masalah bukanlah dengan menggunakan kekuatan kita untuk menyelesaikannya, bukan pula dengan menggunakan kepandaian kita untuk membereskannya, melainkan dengan terlebih dahulu menjadikan ibadah kita sebagai senjata untuk menghadapi masalah apapun!
            Yakinlah bahwa satu-satunya tugas kita di dunia ini hanyalah untuk beribadah pada-Nya! Kalau begitu, setiap masalah yang datang menimpa kita sebenarnya akan selesai dengan kehendak-Nya, asalkan kita sepenuh hati beribadah saja. Sederhana sekali bukan?
            Bukankah masuk akal kalau Allah akan membereskan masalah kita ketika kita meminta pada-Nya? Apakah ada di antara kita yang menganggap masalah yang kita hadapi jauh lebih besar daripada ke-Maha Besaran-Nya?
            Bukankah Allah menyuruh kita untuk banyak mengingat-Nya? Mengapa pada kenyataannya kita malah lebih banyak mengingat masalah? Lupakanlah masalah! Ingat saja Allah... niscaya masalah kita akan sirna. Jamin!
Ibadah sebagai Senjata Penakluk Masalah
            Kalau memang setiap masalah akan dapat selesai dengan sepenuh hati beribadah, lantas apa sajakah ibadah yang dapat kita lakukan?
  1.  1.      Shalat Malam
      Dalam surat Muzzammil, Allah menyuruh manusia untuk menyisakan sedikit waktu malam demi mendirikan shalat sunah. Di waktu kebanyakan manusia terlelap inilah jiwa kita bisa jauh lebih tenang, kuat, dan mampu lebih khusyu beribadah. Sama saja seperti jaringan telepon atau internet, bukankah pada malam hari jauh lebih leluasa mengakses?
      Akan tetapi jangan salah kaprah! Jangan sampai ketika mendirikan shalat malam kita benar-benar menikmati, akan tetapi ketika melaksanakan shalat wajib... kita malah kedodoran.
2.      Membaca Quran dengan perlahan
      Di saat malam hari pula sebaiknya kita membaca ayat Quran secara tartil, karena dengan membaca Quran hati kita akan jauh lebih sehat, bukankah al-Quran adalah obat (syifa)?
3.      Sedekah
      Saat ini sudah banyak sekali buku dan training yang membahas kekuatan sedekah. Apapun masalah yang kita miliki, rupanya bisa dibantu dengan memberikan sedekah pada makhluk lain. Bukankah Allah sudah dengan tegas menyatakan bahwa Ia akan membantu hamba-Nya selama mereka mau membantu orang lain?
4.      Berdzikir
            Mengingat dan banyak menyebut asma Allah adalah salah satu cara untuk bersedekah bagi diri kita sendiri. Berdzikirlah sebanyak-banyaknya! Tidak ada kemudharatan sedikitpun pada nama-Nya.

Masalah? Bukan Masalah lagi!
            Jika kita memahami bahwa setiap masalah dapat diselesaikan dengan beribadah, artinya... setiap masalah yang kita temui dalam perjalanan hidup kita sebenarnya dimaksudkan agar kita mengingat tugas utama kita dilahirkan di muka bumi.
            Bukankah kita hidup hanya untuk beribadah pada-Nya?
            Mungkin karena kesibukan kita bekerja, kesibukan kita belajar, kita malah kehilangan arah dan tujuan hidup. Kita malah menjalani tiap hari demi merengguk rupiah (atau dolar?), atau mungkin hidup demi mengumpulkan ketenaran dan popularitas, oleh karena itulah Allah memanggil kita untuk kembali pada tugas utama kita dengan mengirimkan masalah. Agar nanti setelah mati, kita tidak bisa berdalih...
            "Yaa Allah, saya lupa pada Engkau karena terlalu sibuk, Engkau sih tidak mengingatkan saya untuk beribadah! Saya kan lupa kalau tugas saya satu-satunya itu adalah ibadah pada Engkau..."
            Padahal Allah selalu mengingatkan kita untuk selalu beribadah pada-Nya, bukankah tiap hari kita selalu bertemu masalah baru?
            Lucunya, ada di antara kita yang malah marah-marah saat diberikan masalah, protes... bahkan enggan untuk melanjutkan hidup, bahkan menuduh Allah tidak adil bin kejam karena paling suka melihat hamba-Nya berkubang dalam masalah.
            Semoga kita bukan bagian orang-orang yang tidak mengetahui esensi masalah, semoga kita menjadi orang-orang yang semakin bertambah keimanannya di saat masalah tak putus-putusnya menyapa sekalipun.
            Satu rumus yang paling dapat dipercaya adalah "Bersama kesulitan ada kemudahan", bukankah Allah menjanjikan hal ini dua kali berturut-turut di al-Quran yang Mulia? So, kalau saat ini kita sedang merasa kesulitan... jangan kuatir! Kemudahan akan segera tiba. Masalah? Bukan masalah lagi!

Tidak ada komentar: